Review Jurnal 1
| 
Judul penelitian | 
REPOSISI
  FUNGSI LEMBAGA KEUANGAN BANK DAN NON BANK DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN EKONOMI KERAKYATAN,
  PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DAN PENGEMBANGAN OTONOMI DAERAH | 
| 
Penulis | 
Lintang Venusita | 
| 
Nama jurnal | 
Jurnal Akuntansi Aktual, Vol. 2,
  Nomor 2, Juni 2013, hlm. 67-75 | 
| 
Tahun terbit  | 
2013  | 
| 
Latar Belakang Penelitian | 
Perkembangan
  paradigma dan orientasi pembangunan kearah kemandirian suatu daerah menuntut
  daerah tersebut melakukan percepatan pertumbuhan pembangunan. Hal ini sejalan
  dengan diberlakukannya otonomi daerah sehingga menuntut masing-masing daerah
  untuk mempersiapkan segala potensi, kemampuan dan infrastruktur daerah untuk
  mencapai keberhasilan otonomi daerah. Tidak hanya otonomi daerah yang
  dituntut kepada para pimpinan daerah melainkan juga dibangunnya suatu sistem
  pemerintahan daerah yang berbasis good
  governance. Namun tidak semua pelaku bisnis baik perusahaan yang
  berskala kecil maupun besar telah berperan serta dalam pemberdayaan ekonomi
  kerakyatan. Hal ini disebabkan belum adanya aturan yang mewajibkan para
  pelaku bisnis untuk berpartisipasi dalam pengembangan ekonomi kerakyatan.
  Selain itu kurangnya perhatian pemerintah terhadap keikutsertaan pengembangan
  ekonomi kerakyatan. Terdapat beberapa perusahaan yang peduli terhadap
  eksistensi ekonomi kerakyatan, diantaranya lembaga perbankan baik milik
  pemerintah maupun swasta seperti Bank Rakyat Indonesia yang membentuk BRI
  Kredit Mikro, Bank Mandiri Kredit Mikro dan Bank Danamon Mikro. Lembaga
  keuangan bank tersebut telah menyalurkan sejumlah bantuan permodalan kepada
  para pelaku ekonomi kerakyatan dengan mengedepankan ketersediaan jaminan yang
  dimiliki oleh pengusaha kecil. Bentuk kemitraan ini masih sebatas pemberian
  modal semata namun masih belum nampak adanya pembinaan dan pemberian
  ketrampilan dan keahlian agar para pelaku ekonomi kerakyatan dapat lebih
  mendiri lagi dalam menjalankan usahanya. Bahkan terjadi kecenderungan dalam
  pemberian pinjaman modal hanya sebatas bantuan financial yang berlangsung
  dalam jangka pendek semacam suntikan dana. Padahal pelaku ekonomi kerakyatan
  tidak hanya memerlukan kucuran dana segar dalam jangka pendek melainkan pula
  pembinaan terhadap eksistensi ekonomi kerakyatan yang bukan hanya menjadi
  tugas dari pemerintah pusat dan daerah dalam hal ini dinas perdagangan dan
  perindustrian melainkan dari seluruh komponen pelaku bisnis. | 
| 
Metode | 
Pemberdayaan
  ekonomi rakyat perlu memperoleh prioritas dalam pembangunan ekonomi nasional,
  sehingga para pelaku ekonomi rakyat (pengusaha kecil, menengah dan koperasi)
  dapat menjadi pelaku utama dalam perekonomian nasional, terutama dengan
  pengalaman masa krisis yang terjadi saat ini. Berdasarkan perspektif
  tersebut, titik berat berat pemberdayaan ekonomi kerakyatan akan terletak
  pada upaya mempercepat pembangunan pedesaan dan daerah pinggiran perkotaan
  sebagai tempat bermukim dan berusaha sebagian besar subyek dan obyek
  pembangunan bangsa ini, dimanamereka berusaha sebagai petani, nelayan,
  pedagang maupun pengusaha home industry. Pemberdayaan ekonomi rakyat
  yang dilakukan harus mampu mengatasi dan mengurangi kendala dan hambatan yang
  dihadapi oleh pengusaha kecil, menengah, dan koperasi pada sektor industri
  pengolahan serta pedagang kecil yang sering disebut kaki lima di sektor
  perdagangan dan jasa. Keterbatasan dan hambatan-hambatan tersebut antara lain
  keterbatasan sumberdaya manusia, keterbatasan akses modal dan sumber-sumber
  pembiayaan aktivitas ekonominya sehari-hari. Dengan demikian, perlu
  dikembangkan kemampuan profesionalisme pelaku usaha pada sektor usaha kecil
  tersebut secara berkesinambungan, agar mampu mengelola dan mengembangkan
  usahanya secara berdaya guna dan berhasil guna, sehingga dapat mewujudkan
  peran utamanya dalam segala bidang yang mendukung pengembangan ekonomi
  kerakyatan. | 
| 
Hasil | 
Upaya
  mereposisi fungsi lembaga keuangan bank dan non bank untuk memberdayakan
  ekonomi 
kerakyatan
  yang sebagian besar terdiri dari pelaku usaha kecil atau mikro dalam konteks
  pelaksanaan otonomi daerah, pembangunan harus diarahkan pada upaya untuk
  memajukan harkat, martabat, kualitas, serta kesejahteraan segenap lapisan
  masyarakat. Dalam konteks itu berarti pembangunan tidak hanya bertujuan untuk
  meningkatkan taraf hidup tetapi juga bertujuan untuk meningkatkan kemauan dan
  kemampuan manusia dalam melestarikan pembangunan secara mandiri. Pemberdayaan
  ekonomi kerakyatan yang melibatkan peran serta lembaga keuangan bank dan non
  bank mikro akan lebih mengakomodir kepentingan pelaku usaha mikro yang
  kesulitan permodalan dan kemampuan untuk eksis di era persaingan bisnis saat
  ini. Bagi usaha mikro yang mempunyai keterbatasan jaminan untuk mendapatkan
  bantuan modal hendaknya tetap mendapat perhatian yang serius, selagi usaha
  mikro mempunyai kemampuan untuk mengembalikan modal pinjaman dan mampu
  mengembangkan usaha lebih pesat lagi, maka bantuan permodalan dapat diberikan
  kepada usaha mikro tersebut. Selain bantuan permodalan, yang lebih penting
  lagi tambahan bantuan ketrampilan dan peningkatan kemampuan untuk bisa
  menjalankan bisnis dan usahanya lebih professional lagi seperti pengetahuan
  tentang kualitas produk dan pengetahuan pemasaran poduk maupun jasa.
  Pemberdayaan ekonomi kerakyatan bagi pelaku usaha mikro, kecil dan menengah
  dapat dilakukan sebagai wujud dari penurunan angka kemiskinan dengan
  memberikan bantuan modal, dan bekal ketrampilan serta penguasaan tehnologi
  yang murah namun berkualitas. | 
Review Jurnal 2
| 
Judul penelitian | 
Kinerja
  Keuangan Sebagai Pemediasi Pengaruh Intensitas Resarch and Development dan
  Aset Tidak Berwujud Pada Nilai Perusahaan | 
| 
Penulis | 
A Prawira Kurniawan dan I Made Mertha | 
| 
Nama jurnal | 
E-Jurnal
  Akuntansi Universitas Udayana Vol 14.1. Januari (2016) | 
| 
Tahun terbit  | 
2016 (Penelitian ini dilakukan pada perusahaan
  manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014) | 
| 
Latar Belakang Penelitian | 
Nilai
  perusahaan (value of the firm) tercermin dari nilai saham perusahaan yang
  beredar. Semakin tinggi harga saham, maka nilai perusahaan dan kemakmuran
  pemegang saham juga akan meningkat. Dilakukannya R&Dbertujuan untuk
  menciptakan suatu produk baru atau mengembangkan produk yang sudah ada agar
  bisa menarik para konsumen sehingga adanya peningkatan jumlah konsumen dan
  konsumen menjadi loyal terhadap perusahaan dan nantinya akan berdampak pada
  peningkatan pendapatan bagi perusahaan. Apabila perusahaan mampu memanfaatkan
  komponen aset tidak berwujud dengan baik, maka kinerja perusahaan akan
  meningkat dan selanjutnya akan meningkatkan nilai perusahaan. Nilai buku dari
  aset tidak berwujud lebih kecil dibandingkan nilai pasarnya, hal ini
  disebabkan oleh adanya konservatisme akuntansi dan dengan demikian dapat
  menurunkan relevansi nilai dari informasi akuntansi. Pengukuran, perlakuan,
  dan penyajian aset tidak berwujud dalam laporan keuangan yang tidak sesuai
  dengan definisinya menyebabkan munculnya nilai tersembunyi atau unexplained
  value. Penyebab lainnya adalah ketidakkonsistenan standar terkait perlakukan
  aset tidak berwujud baik yang berasal dari kombinasi bisnis maupun yang
  dihasilkan secara internal.  | 
| 
Metode  | 
Pada
  Perusahaan Manufaktur . Penelitian ini menggunakan variabel pemediasi return
  on asset karena return on asset mengukur kemampuan perusahaan dalam
  menghasilkan laba dari total aset yang dimiliki. Apabila perusahaan mampu
  memanfaatkan komponen aset tidak berwujud dengan baik, maka kinerja
  perusahaan akan meningkat dan selanjutnya akan meningkatkan nilai perusahaan. | 
| 
Hasil  | 
Intensitas
  R&D dan INTAVberpengaruh positif dan signifikan pada nilai perusahaan dan
  kinerja perusahaan, kinerja perusahaan berpengaruh positif dan signifikan
  pada nilai perusahaan, kinerja perusahaan tidak memediasi hubungan antara
  intensitas R&D dan INTAV terhadap nilai perusahaan. | 
Sumber :
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar